SALATIGA - Gelaran upacara pembukaan TMMD Sengkuyung Tahap II TA 2023 yang di selenggarakan di Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang telah usai, pemukulan kentongan, penyerahan alat kerja serta penandatanganan berita acara kerjasama antara Kodim dan pemerintah kota Salatiga dan kabupaten Semarang menandai program unggulan TNI-AD demi kesejahteraan masyarakat di mulai selama 30 hari ke depan.
Ada sepenggal moment menarik saat pelaksanaan Upacara Pembukaan TMMD Sengkuyung yang dilaksanakan di lapangan Desa Mluweh dibuka langsung oleh Bupati Semarang tersebut saat penampilan hiburan berupa tari Reog yang memang disiapkan untuk menghibur tamu undangan.Kamis(13/07)
Cetar-ceter pecut dari sejumlah remaja laki-laki yang mengenakan pakaian serba hitam langsung disambut bunyi gamelan dan sinden yang melantunkan tetembangan Jawa.(
Sesaat kemudian, sejumlah anak-anak muda mengenakan busana beraneka warna-warni beserta kuda lumping dengan rancak menyuguhkan tarian “keprajuritan” masuk ke lapangan.
Baca juga:
Mancing Mania di Pulau Nusakambangan
|
Moment Unik terjadi ketika Komandan Kodim 0714/Salatiga Letkol Inf Ade Pribadi Siregar, SE, .M., Si secara spontanitas ikut turun ke lapangan dan mengikuti setiap gerakan dari kurang lebih 50 orang penari Reog tersebut.
Orang Nomer satu di Kodim 0714/Salatiga yang asli Sumatera Utara tersebut tampak luwes mengikuti tarian yang bukan berasal dari tanah kelahirannya, didampingi Bupati, jajaran Forkopimda Kabupaten Semarang, serta Anggota Koramil 14/Ungaran Barat, Letkol Ade nampak bersemangat dalam mengikuti setiap gerak dan tari yang diperagakan oleh kelompok penari Reog tersebut.
Saat di wawancara dari insan pers dikatakan Dandim Dunia budaya tradisional pada masa ini telah mencapai titik yang merisaukan. Gempuran budaya luar yang melewati platform-platform teknologi yang mudah di gapai khususnya oleh anak muda telah membawa arus budaya tradisonal semakin terjepit.
Budaya tradisional yang harusnya bisa dikembangkan dan diperkenalkan ke khalayak namun hanya sedikit yang meliriknya.
Desa dengan berbagai eksistensinya masih cukup kuat pada saat ini menjadi benteng terakhir dalam pelestarian budaya tradisional.
“Namun tanpa adanya dukungan dan kepedulian dari pihak terkait, mustahil benteng kokoh budaya itu bisa bertahan, apa yg kami lakukan tadi bisa dikatakan sebagai bentuk dukungan terhadap kesenian tradisonal yang ada, Wong Jowo Ojo Lali Jowone ”ujar nya sembari sedikit terengah-engah.
“cukup menguras energi tari Reog ini, karena setiap gerakan nya seperti Loncat, dan lari kecil, karena memang tarian ini di sebut tari keprajuritan”pungkas Dandim sembari tertawa kecil.
Editor:Yudha27